top of page

Voice of the Voiceless

Senin | 17:00

16, 23, 30 Januari 2017

​

Rabu | 19:30

18, 25 Januari 2017

Diputar bersama Sang Penari dan Senandung Sunyi Samudera dalam Kompilasi Disappearing Sounds.

Senin | 17:00

16, 23, 30 Januari 2017

​

Rabu | 19:30

18, 25 Januari 2017

Diputar bersama Senandung Sunyi Samudera dan Bangkit dari Bisu dalam Kompilasi Disappearing Sounds.

Senin | 17:00

16, 23, 30 Januari 2017

​

Rabu | 19:30

18, 25 Januari 2017

Diputar bersama Sang Penari dan Bangkit dari Bisu dalam Kompilasi Disappearing Sounds.

Minggu | 19:30

15, 22, 29 Januari 2017

Bangkit dari Bisu

Bangkit dari Bisu

Shalahuddin Siregar ​

Negara Indonesia | Jenis Dokumenter | Tahun 2016 | Durasi 29 menit | Bahasa Indonesia | Subteks Bahasa Inggris | Format Digital | Klasifikasi Usia 12DO


Dialita adalah paduan suara yang anggotanya adalah para perempuan penyintas peristiwa '65. Lagu-lagu yang dinyanyikan adalah produk budaya dari era kelam itu, yang tidak pernah berani dan sempat mereka bagi dengan khalayak umum. Tahun 2016, bekerjasama dengan beberapa musisi muda, mereka merilis album pertamanya. Menyanyi, bagi ibu-ibu Dialita, adalah cara mereka berdamai dengan masa lalu sekaligus cara mereka memperkenalkan sisi lain dari sejarah '65 kepada generasi selanjutnya.

--

Dialita is a choir group specializing in singing songs that were written in prison and forbidden for the last 50 or so years. It consists of survivors, families and supporters of those who were imprisoned, tortured and exterminated during the anti-communist purge since 1965. On 2016, they released an album in collaboration with a number of young musicians, in order to introduce the dark side of Indonesian history upon its youth, to rise up from fear and suppression.

​

Film ini akan diputar dalam Kompilasi Disappearing Sounds (71 menit), bersama Sang Penari (15 menit) dan Senandung Sunyi Samudera (27 menit).

Sang Penari

Vicky Hendri Kurniawan

​Negara Indonesia | Jenis Dokumenter | Tahun 2016 | Durasi 15 menit | Bahasa Jawa | Subteks Bahasa Inggris | Format Digital | Klasifikasi Usia 12+
​​

Setiap daerah punya pahlawan yang terlupakan. Samsul seorang penari yang berdedikasi melestarikan seni budaya Banyuwangi. Ia rajin berkarya sambil terus memupuk bibit–bibit penari di Banyuwangi. Banyak usaha yang telah dilakukan Samsul tanpa sepengetahuan banyak orang. Sama halnya dengan Wong Agung Wilis seorang pejuang yang tidak dikenal, pangeran yang terbuang dari Kerajaan Blambangan justru karena sikapnya yang jujur dan bijaksana.

--

Every region has their own forgotten heroes. Samsul is a dancer who struggle to preserve Banyuwangi’s unique local culture. Aside from composing and performing, he tries to tutor new dancers even though it is not easy. Despite his many efforts, not many people even knew it. Just like Wong Agung Wilis, a forgotten warrior, a prince who was banished from the Kingdom of Blambangan for his honesty and wisdom.

​

​Film ini akan diputar dalam Kompilasi Disappearing Sounds (71 menit), bersama Senandung Sunyi Samudera (27 menit) dan Bangkit dari Bisu (29 menit).

Senandung Sunyi Samudera

Andi F. Azzahra & Arfan Sabran

Negara Indonesia | Jenis Dokumenter | Tahun 2016 | Durasi 27 menit | Bahasa Makassar | Subteks Bahasa Inggris | Format Digital | Klasifikasi Usia 12DO


Sebuah keluarga nelayan kehilangan rumah dan akses untuk melaut karena proyek reklamasi pantai Makassar. Kini mereka harus beradaptasi dengan tuntutan kota modern dan bertahan hidup tanpa dukungan samudra yang dulunya adalah ladang dan halaman belakang rumah mereka.

--

A traditional fishing family lost their home and access to the sea due to the expending reclamation project on Makassar’s coastline. Now they have to survive in the city, without the ocean that was once both their field and backyard.

​

Film ini akan diputar dalam Kompilasi Disappearing Sounds (71 menit), bersama Sang Penari (15 menit) dan Bangkit dari Bisu (29 menit).

Tanah Mama

Asrida Elisabeth

Negara Indonesia | Jenis Dokumenter | Tahun 2014 | Durasi 63 menit | Bahasa Papua | Subteks Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia | Format Digital | Klasifikasi Usia 12DO


Tanah Papua merupakan tempat yang begitu berjarak dengan daerah lain Indonesia. Walaupun terkenal subur dan sumber mineral melimpah, ironisnya juga terkenal dengan kemiskinan dan kekerasan. Mama Halosina, tokoh sentral film ini, adalah seorang ibu, istri, dan perempuan pekerja keras. Menghidupi diri dan empat anaknya yang ditinggal kawin lagi oleh si bapak, mama mengandalkan ubi dan sayuran hasil kebun. Bekerja seorang diri tidaklah cukup. Harapan akan dukungan keluarga suami malah berujung pada urusan denda adat. Seperti ubi, tumbuh dan hidup dari tanah, begitu juga anak-anak, tumbuh dan hidup dari mama.

--

A husband’s job is to clear-up the land. A wife's job is to plant the soil. The whole family in Papua eat from what the mother plant. This film follows Mama Halosina’s journey feeding the children after her husband no longer provide them with suitable land. She had to pick yams from her in-law's land to eat. She's then accused of stealing and forced to pay a big amount of fine. In fertile land far away from Indonesia’s central of power, Papuan women must struggle for basic needs. Mama Halosina open our eyes to perseverance and the importance of devoting life to nature.

​

Untuk melihat trailer film ini, silakan klik di sini.

Please reload

Sang Penari
Senandung Sunyi Samudera
Tanah Mama

Program ini terlaksana berkat kerjasama dengan 

bottom of page