top of page

PENAK JAMANKU

Sungguh, judul clickbait itu terdengar konyol dan mengesalkan. Tapi bisa jadi nasib kita betul sekonyol itu jika kita terus bertindak…, ya, konyol. Mulai dari akrobat politik nihil etika sampai delusi benar sendiri, banyak dari kita yang merindu masa lalu sembari lupa bahwa banyak hal di masa lalu itu juga yang menjadi akar kita bertindak konyol. Ironis sekali jika dengan alasan “melihat ke depan”, kita malah lalai belajar dari kesalahan masa lalu, lantas malah tanpa sadar terjeblos mengulangi masa lalu yang katanya tidak usah diurusi lagi itu.

​

Ya, kami memang mengomel, dan rasanya kami tidak perlu menjabarkan lagi dari mana asal omelan ini. Kami percaya teman-teman bisa merasakan sendiri betapa kita sedang flirting dengan masa tirani. Atau mungkin juga, kami tidak menjabarkannya, karena takut dijerat UU ITE.

​

Kami memilih berbagi perspektif melalui film-film yang kami sajikan, yang mungkin sekilas terlihat random. Tetapi semua kami pilih dalam bingkai tertentu. Film Indonesia yang kami pilih diusahakan untuk sebisa mungkin memberi gambaran, baik dari yang tersurat maupun yang tersirat, mengenai masing-masing jaman, baik yang katanya lebih penak maupun yang sesudahnya. Supaya kita bisa menangkap alam pikirnya, dan memutuskan jaman mana yang lebih penak, dan mana yang perlu diperjuangkan.

​

Dan tentu, kami tidak lupa ini Bulan Film Nasional. Di tengah suasana darurat bertahan hidup karena nyaris tergusur, dan menjelang momen-momen penentuan masa depan bangsa, kami rasa penting untuk mempersembahkan film-film —semenghibur apapun— dalam bingkai yang kritis.

​

Sekaligus, terhitung bulan ini kami memperlebar venue tontonan ke teman-teman lain dalam rangka memperluas ruang bersama, dalam rangkaian yang kami namakan “Safari kineforum”. Ya, selain di KINEFORUM, kami juga merangkul ruang-ruang lain untuk mengadakan screening dan diskusi bersama.

 

Salam sinema dan sampai jumpa di KINEFORUM (dan juga ruang-ruang lain)! 

1903_WIX_jadwal.png
bottom of page