top of page

Kineforum punya Kelas | Kritik Film


15-17 Mei 2020

14:00-17:00 WIB

Kelas diselenggarakan secara daring melalui Google Meet i

 

⁣“Ah, bisanya kritik saja. Kasih solusi dong!” adalah intisari sikap yang sudah mengerak di aneka bidang di Indonesia, tak terkecuali seni budaya, tak terkecuali film (atau terutama film? Semoga tidak). Konon sikap ini berakar dari era “penak jamanku” dulu ketika di Indonesia terbudayakan dan tertanamkan bahwa “kritik = benci/anti”. Konon pula, di perfilman, di bidang seni yang katanya komplit dan terdepan ini, sikap ini masih membekas.⁣

⁣⁣

⁣Padahal banyak hal yang asyik jika kita menyelami dan mendalami jeroan film. Bisa untuk tujuan kajian, bisa untuk tujuan kritik. Mendalami kritik film akan membuka perspektif, membuka peta dan gambaran besar, bukan saja tentang filmnya, tetapi tentang banyak hal. Makna frase “belajar dari film” akan lebih dalam lagi bagi kita.⁣

⁣⁣

⁣Juga, tak seperti yang diprasangkai orang, kritik penting untuk keberlangsungan dan kedewasaan industri. Bagaimana bisa?⁣

⁣⁣

⁣Ikuti kelas dan workshop online selagi#dirumahaja bersama tiga pengajar kawakan: Hikmat Darmawan, Adrian J. Pasaribu, dan Garin Nugroho. Jangan lewatkan kesempatan untuk menengok lebih dalam karya film dan apa yang bisa kita dapat darinya, untuk bisa memberi lebih banyak lagi keluar, apapun profesi dan latar belakang teman-teman. Sampai jumpa di Kineforum Punya Kelas!⁣⁣⁣


Kriteria pendaftar:

1. Terbuka untuk umum 2. Wajib mengisi formulir pendaftaran di bit.ly/kineforumkritikfilm

3. Bersedia mengikuti rangkaian kelas selama 3 hari secara penuh

4. Wajib menyantumkan link artikel atau ulasan film melalui form ini untuk diseleksi lebih lanjut

5. Wajib membayar donasi sebesar Rp 200.000,- (khusus bagi peserta terpilih) Peserta terpilih akan memperoleh e-certificate. Timeline:

1. Pendaftaran peserta: 2-9 Mei 2020

2. Seleksi peserta: 10-11 Mei 2020

3. Pengumuman peserta terpilih: 12 Mei 2020 (melalui e-mail)

Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi 0812-9524-6650 (Rukita) melalui WhatsApp/SMS.


 

PENGISI MATERI

Hikmat Darmawan


HIKMAT DARMAWAN menulis tentang film di media nasional sejak 1996. Menulis tentang film adalah bagian dari minatnya pada masalah-masalah kebudayaan. Pada 2007, turut mendirikan Rumahfilm.org, yang aktif hingga 2012. Terlibat dalam penulisan buku MENJEGAL FILM INDONESIA, sebuah riset perbioskopan Indonesia oleh tim Rumah Film (Eric Sasono, Ekky Imanjaya, Ifan Ismail). Tulisan-tulisan Rumah Film dikumpulkan jadi buku TILAS KRITIK (DKJ-Komite Film, 2019). Menjadi ketua dewan juri FFI pada 2011 dan menjadi juri dan kurator di JAFF, Plaza Indonesia Film Festival, Festival Film 21, Jendela Papua, dll. Sedang menyiapkan penerbitan buku kumpulan esai dan artikel filmnya, DOKTER RUSIA DAN PASIEN INGGRIS dan KESERIUSAN DAN KEBERMAINAN. Kini adalah Direktur Kreatif Pabrikultur, Board of Directors Madani Film Festival, dan Ketua Komite Film DKJ sekaligus plt. Sekjen DKJ.

Adrian Jonathan Pasaribu

ADRIAN JONATHAN PASARIBU adalah seorang penulis dan salah satu pendiri Cinema Poetica—kolektif pegiat perfilman yang berfokus pada produksi dan persebaran pengetahuan tentang sinema. Lahir di Pasuruan pada 1988, Adrian berpartisipasi di perfilman melalui serangkaian kegiatan apresiasi dan kritik film. Dari 2007 hingga 2010, Adrian menjadi pengurus program di Kinoki, bioskop alternatif di Yogyakarta. Dari 2010 sampai 2015, ia bekerja untuk Yayasan Konfiden sebagai anggota redaksi filmindonesia.or.id. Pada 2013, Adrian berpartisipasi dalam Berlinale Talent Campus sebagai kritikus film, dan semenjak itu rutin menyelenggarakan atau mengisi lokakarya penulisan kritik film atas nama Cinema Poetica. Ia sempat menjadi juri dan kurator untuk sejumlah festival film seperti Festival Film Dokumenter, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Festival Film Indonesia, dan Singapore International Film Festival. Saat ini, Adrian bekerja lepas sebagai editor dan penulis untuk berbagai materi publikasi dan komunikasi. Pada 2019, ia bersama sejumlah pegiat perfilman merintis Sinematik Gak Harus Toxic—sebuah inisiatif kolektif sebagai respons terhadap kasus kekerasan seksual di lingkar komunitas film.



Garin Nugroho


Garin dianggap sebagai pelopor generasi baru tahun 90-an. Film-filmnya beredar melalui berbagai festival film, seperti Cannes, Venice, dan Berlin, serta memenangkan berbagai penghargaan. Karyanya tidak hanya dalam film tapi juga iklan, video musik, teater, instalasi seni, tulisan untuk surat kabar dan buku, dan juga JAFF (Jogja Netpac Asian Film Festival)—di mana ia salah seorang pendirinya. Ia menjadi juri di berbagai festival film dari La Bienalle Venice – Orizonti, Busan International Film Festival, Tokyo Film Festival, Dubai Film Festival hingga Kolkata International Film Festival. Filmnya Memories of My Body diputar perdana di Venice International Film Festival, 75th, dan memenangkan beberapa penghargaan: Film Terbaik di Festival des 3 Continents, Nantes, dan Asia Pacific Screen Awards. Saat ini karya teater terbarunya berjudul “Planet” baru saja menjadi pentas pembuka Asia Topa Festival, hasil kerjasama dengan Arts Center Melbourne. Ia aktif mengajar pascasarjana di Institut Seni Indonesia (ISI) di Solo dan Yogyakarta.





bottom of page