
Kamis, 20 Oktober 2022 | 17:00 | Studio Asrul Sani
GRATIS
Lokasi:
Taman Ismail Marzuki
Gd. Trisno Soemardjo, Lantai 4
Jalan Cikini Raya no. 73, Menteng, Jakarta Pusat
Penayangan film “Semesta” akan diikuti dengan bincang-bincang bersama Mandy Marahimin (produser) dan tim kampanye dampak di Talamedia. Mandy juga akan memperkenalkan proyek film + distribusi dampak yang akan diluncurkan bulan depan. Dipandu oleh BesiBerani.
Lingkungan hidup kita saat ini sedang mengalami banyak perubahan, dan ini terjadi di depan mata kita sendiri. SEMESTA mengikuti kisah tujuh komunitas di tujuh provinsi di Indonesia dan menyorot sisi manusiawi dari upaya konservasi mereka, sambil secara bersamaan menilik keragaman agama, kepercayaan, dan budaya di seluruh negeri. Dimulai dari Bali, lalu ke Kalimantan, Flores, Papua Barat, Aceh, Yogyakarta, dan berakhir di Jakarta, film ini menghubungkan dampak nyata dan langsung dari perubahan iklim dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, sembari menunjukkan tindakan yang sudah dilakukan masyarakat untuk melestarikan lingkungan.
Film ini didanai oleh Uni Eropa dan merupakan kolaborasi bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (KLHK). Sempat dirilis di beberapa layar bioskop di Indonesia pada awal 2020, lalu sejak 17 Agustus 2020 sempat juga menjadi bagian dari etalase film Indonesia di platform film streaming Netflix selama dua tahun. Disutradarai oleh Chairun Nissa dan diproduseri oleh Mandy Marahimin dan Nicholas Saputra dari Talamedia (d/h Tanakhir Films), film ini juga dijalankan dalam kerangka distribusi dampak. Lewat film ini, para pembuat film mengajak penontonnya untuk menyadari betapa pentingnya menjaga lingkungan. Selain itu, mereka juga berharap “Semesta” dapat mendorong inisiatif masing-masing penontonnya dalam menjaga lingkungan.
Menurut Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, “Melalui alur cerita sederhana, film dokumenter ini menunjukkan bagaimana memulai perubahan kecil untuk membantu perang melawan perubahan iklim.”
"Mudah-mudahan melalui film ini orang yang menonton bisa melakukan apapun sesuai dengan kapasitasnya, kemampuannya, lingkungannya, komunitasnya sendiri-sendiri. Jadi muncul inisiatif-inisiatif pribadi untuk melakukan sesuatu," ujar Nicholas Saputra.
Sutradara Chairun Nissa | Negara Indonesia | Jenis Dokumenter | Tahun 2018 | Durasi 90 menit | Bahasa Indonesia | Takarir Bahasa Indonesia (untuk bagian daerah/asing) | Format Digital | Klasifikasi Usia 12+
Mandy Marahimin // Produser, Talamedia

Mandy Marahimin memulai perjalanannya dalam industri film dengan menjadi publisis untuk film “Ada Apa dengan Cinta?”. Sejak itu, dia telah bekerja sebagai produser lini dan produser, sebelum memutuskan untuk mendirikan rumah produksinya sendiri pada 2013, Talamedia (d/h Tanakhir Films). Bersama rumah produksinya Mandy memproduksi film fiksi dan dokumenter, seperti “Save the Forest Giants” (2016), “A Man with 12 Wives” (2017, sebuah co-produksi dengan stasiun TV Jepang-NHK), dan “The Woven Path: Perempuan Tana Humba” (2019).
Mandy juga pernah bekerja di In-Docs sebagai Outreach Director untuk program “Good Pitch Asia Tenggara” (2017) dan “Good Pitch Indonesia” (2019). Dari sana Mandy mengenal dan tertarik untuk memanfaatkan jalur impact distribution untuk beberapa film produksi Talamedia, salah satunya “Semesta”. Berikutnya, pada November 2022, Talamedia akan meluncurkan proyek “Buried Chapters” yang mencakup produksi dua film pendek dokumenter serta kampanye dampaknya seputar trauma dan tragedi yang terpaksa dikubur oleh mereka yang terdampak.
Saat ini, Mandy tengah menggarap beberapa proyek film panjang, baik dokumenter maupun fiksi, seperti “One Big Sumba Family” (dokumenter, bersama sutradara Tonny Trimarsanto), “Crocodile Tears” (fiksi, bersama sutradara Tumpal Tampubolon), dan “Behind an Open Veil” (dokumenter, bersama sutradara Bhre Aditya).
Usai penayangan “Semesta” dalam program “Oper Bola” hari Kamis, 20 Oktober 2022, Mandy akan hadir di Kineforum untuk berbincang mengenai “Semesta” dan “Buried Chapters”.
Chairun Nissa // Sutradara

Chairun Nissa—biasa dipanggil Ilun—memulai debutnya sebagai sutradara lewat “Purnama di Pesisir” (2009). Film yang dibuat sebagai film tugas akhirnya di IKJ ini, berhasil mendapatkan Special Jury Mention di Rome Independent Film Festival (Italia) dan telah diputar di beberapa festival film internasional lain. Karya-karyanya yang lain, seperti Payung Hitam (2011), Chocolate Comedy (2013), dan Potongan (2016), juga sempat masuk dalam line-up festival film di beberapa negara.
Selepas masa studinya, Ilun berkeyakinan bahwa ranah film non-mainstream bisa menjadi pilihan jalan hidup. Baginya, ranah ini memberinya ruang untuk mengangkat berbagai persoalan sosial. Itu juga yang membuatnya tertarik menerima tawaran Talamedia untuk menyutradarai “Semesta”. Ia berharap film ini bisa penontonnya berefleksi dan menggerakan mereka untuk memilih gaya hidup yang lebih berpihak kepada lingkungan.
Film terakhirnya, “Ibu Bumi”, berhasil meraih Piala Citra untuk kategori Film Dokumenter Pendek. Film ini diproduksi oleh Sedap Films—sebuah rumah produksi yang didirikannya bersama Sastha Sunu (editor film dan ketua Indonesian Film Editors (INAFED)) dan Wini Angraeni pada 2015.